Akhirnya sampai pada kesimpulan, bahwa hidup hanyalah tentang konsistensi. Berulang ulang melakukan apa yang kita anggap benar. Melakukan apa yang yang kita mampu untuk lakukan, tanpa memperdulikan apa yang orang lain katakan atau pikirkan.
Totalitas dalam setiap proses perjalanan yang kita tempuh, memang tak pernah menjanjikan hasil akhir seperti setiap mimpi surga kita. Tapi selama itu kita yakini dan kita jalani dan banyak berserah dalam segala usaha, maka terlalu bodoh rasanya jika kita menafikan akan adanya bantuan Tuhan.
Maka jika kau memang seorang bajingan, tetaplah konsisten menjadi bajingan yang hanya bisa membebani orang sekitar dengan dengan laku seorang bajingan. Mungkin saja kelak kau akan diberi hidayah oleh-Nya, dan menghabiskan sisa hidup dengan semangat hijrah yang membumbung, atau kau akan mengalami sakit yang tak terhingga sebagai media penyucian dari dosa-dosa lampau sebelum ajal menjemput dan menorehkan kisahmu di majalah hidayah yang kemudian muncul di layar kaca dengan tagline "Kisah Nyata", Azab Seorang Bajingan.
Pada akhirnya, semoga kita semua akan tertawa minimal tersenyum, karena puncak paripurna dari lusinan derita adalah tawa. Dan seperti keramik, yang berawal dari tanah liat yang di injak digilas dibakar, namun akan berakhir dengan bentuk sebuah keindahan yang terpajang di sudut rumah, begitulah cara Allah SWT membentuk pribadi kita. Memberikan selaksa kepedihan hanya agar kita menjadi pribadi yang kuat dan selalu bisa tersenyum. Dalam menghadapi dunia yang semakin kejam yang bahkan ibu tiri pun sampai mengangkat bendera putih menyerah kalah tanpa perlawanan.
Bekasi, secangkir kopi dan puntung yang bertebaran.