Total Tayangan Halaman

Kamis, 27 Januari 2011

Kisah Sepotong Kue

Kemarin adalah hari yang berat secara emosional. Asal mulanya karena gue mau dipindahkan bagian n gue nolak. Tapi ujungnya berkembang kemana2. Dan itu termasuk komplainan dari rekan kerja yang merasa gue gag bekerja dengan baik (dan ngomongnya depan bos). 
Gue membela diri, karena gue merasa, semenjak terakhir di komplain karena dianggap malas, gue dah berusaha untuk lebih aktif.
Yang menggelikan, kemarin gue di komplain, gara2nya, kalo disuruh (catat : disuruh, secara gitu, bos asli aza kl nyuruh pake kata "tolong") katanya muka gue gag enak. Gagagagagagagag.....emang muka gue dah gini kkkoooolllleeeeee. Hhhhuuuffffttthhh, serba salah jadinya. Berusaha berpikir positip, tapi tetap aza yang berkeliaran di kepala hanyalah, ..."oh...mereka iri pada penghasilan gue, dan berusaha menjatuhkan gue depan bos" . Berusaha berpikir dewasa, tapi nyadar belum bisa-bisa juga. Dan hari ini, dengan hati yang tinggal setengah, masuk kantor. Langsung nyalain komputer, dan berusaha nyari kesibukan di dunia maya. 
N U know guys, gue ngeliat catatan salah satu dari my best mpok di wallnya. Teh ade menceritakan tentang kisah sepotong kue, yang gue rasa, ngena banget buat permasalahan gue. Ceritanya seperti ini :
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tersebut. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara. Lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yang berada diantara mereka.Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si pencuri kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itu sempat berpikir: “kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!”.
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa diwajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir: “Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”.
Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela nafas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih”.
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, ia menahan nafas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya!!!
Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih. Dan dialah pencuri kue itu!
Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
            Orang lainlah yang slalu salah
            Orang lainlah yang patut disingkirkan
            Orang lainlah yang tak tahu diri
            Orang lainlah yang berdosa
Orang lainlah yang slalu bikin masalah
            Orang lanlah yang pantas diberi pelajaran
Padahal
            Kita sendiri yang mencuri kue tadi
            Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih
Kita sering, mempengaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain.
Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

Yups, inti yang gue tangkep, berusahalah melihat sesuatu dari 2 sisi, kalau perlu dari 258 sisi kalau bisa. Dan itu berusaha gue lakuin wat menyikapi apa yang berkembang di tempatgue kerja sekarang. Mungkin harus sedikit lebih berusaha untuk .... untuk apa ya ???
Biarlah semua berjalan seperti ini kl bgitu. Setiap orang punya kelemahan dan kekurangannya masing-masing. Namun ketika kekurangan di umbar depan atasan dan berlagak seolah-olah diri kita yang paling benar ?? Maka biarlah waktu yang menjawab, toh, bangkai disimpan rapat kaya gimana juga bakalan kecium kok. :D

Salam

Kamis, 13 Januari 2011

PSSI VS LPI ( Mau maju aza kok Susah )


Timnas Indonesia di AFF 2010 sangat, sangat menjanjikan. It's first time gue nonton Timnas tanpa ngegoblok-goblokin. Tanpa perlu ada sumpah serapah. Tanpa perlu berantem ma bini gara-gara ngomong gak pantes depan bocah. Nonton Timnas kemarin, ibarat memuaskan dahaga, setelah sekian lama menanti permainan Timnas yang apik dan enak di tonton. Apalagi dengan keberanian pelatih "Opa" Riedl untuk memainkan pemain muda. Itu yang paling gue acungin jempol deh. Pemain-pemain kaya Arif Suyono, Ahmad Bustomi, Johan Juansyah, Oktovianus Maniani, Irfan Bachdim, Yongky Aribowo memberi warna dan arti masing-masing dalam tubuh Timnas, tanpa mengesampingkan pengalaman pemain-pemain senior dan yang menjadi cadangan.
Masalah yang kemudian muncul adalah kisruh antara PSSI dan LPI. Seperti kita tau, bahwasanya  LPI (Liga Primer Indonesia) muncul ke permukaan sebagai (kalau kata saya) alternatif sajian sepakbola di negri kita tercinta. Tapi karena LPI muncul (dalam pandangan oknum PSSI) tanpa matur nuwun atawa permisi dulu ke PSSI, maka LPI pun dianggap hanya hajatan Sepakbola sekelas 17 Agustusan karena gag dianggap keberadaannya. Pastinya ini menuai pro dan kontra dari seluruh lapisan masyarakat. Ada yang mau berubah dengan melakukan revolusi menyeluruh dalam seluruh struktur dan tatanan organisasi persepakbolaan di Indonesia macam LPI, kok malah ditentang habis-habisan ????

Ada yang ngomong gini lah, ada yang ngomong gitulah. Dengan berbagai argumen masing-masing. Salah satu yang paling banyak diomongin ya, tentu saja desakan agar Ketum PSSI yang dia-namanya-tidak-boleh-disebut untuk mundur dari jabatannya. Bahkan melihat hasil poling yang diadakan Kompas, gap antara yg setuju ama gag kl dia mundur sudah sedemikian besar.

Efeknya apa ? Tentu saja ke pemain-pemain muda berbakat yang akan membela Timnas yang kena getahnya. Karena wacana yang paling menonjol adalah, pemain-pemain sepakbola yang membela Tim yang ikut di LPI bukan yang ISL (kompetisi buatan PSSI) berarti tidak boleh ikut Timnas, disebabkan LPI tidak diakui PSSI dan pastinya tidak diakui oleh FIFA sebagai badan sepakbola dunia.
Opa Riedl aza, yang setahu gue orangnya tegas, ampe ngejilat ludah sendiri gara-gara ini. Awalnya dia bilang akan tetap memanggil pemain yang ikut LPI. Tapi kemudian dia ternyata menarik ucapannya dengan dalih aturan.

Gue sebagai pecinta Timnas (dengan segala kekurangannya) asli jadi sedih mikirin. Opa yang awalnya gue yakin bakalan membawa perubahan dalam tubuh Timnas tanpa ada intervensi dari pihak lain, ternyata akhirnya mengalah juga atas nama Aturan. Aturan yang bahkan sebenarnya bisa di"perlunak" jika saja tidak ada arogansi dari pihak PSSI (baca : Nurdin Khalik). Seandainya pihak PSSI mau sedikit saja memberi kelonggaran kepada LPI, tak terbayangkan, betapa kayanya kita akan pemain-pemain yang pastinya bakalan memberi arti lebih bagi Timnas Indonesia. Betapa Opa atau siapapun yang akan melatih Timnas di kemudian hari, akan memiliki puluhan, bahkan ratusan calon pemain yang bisa mengangkat harkat dan martabat Rakyat Indonesia yang begitu haus akan prestasi Timnas.
Gue cuman 1 dari sekitar 250 juta rakyat Indonesia yang gue yakin cinta Timnas. Tapi gue juga respect ma LPI yang notabene tidak menggunakan APBD. Thinks men, berapa duit rakyat yang bisa dihemat sebenarnya. Soale juga dah ketahuan kalo Tim-tim yang ikut di ISL kan menggunakan APBD wat kelangsungan hidup mereka. Yang semestinya bisa di hemat untuk pos-pos yang lebih penting (yang lebih berhubungan langsung ma kesejahteraan masyarakat.). 
It's okelah, kita gag usah mikir kalo IPL itu dibuat tuk nandingin ISL, soale kesannya harus ada yang berhenti bergulir. Kita pikir aza kalo dua-duanya bisa berjalan dengan mengatasnamakan prinsip sportivitas yang tinggi dan bertujuan untuk memajukan sepakbola Nasional ... Banyak yang bisa kita ambil dari keduanya.
Dari semuanya, satu yang pengen gue sampein. Gue gag ngerti tentang segala tetek bengek aturan politis dari FIFA ataupun PSSI. Yang gue tahu, gue cuman pengen liat Timnas kita berjaya lagi. Minimal di Asia Tenggara. Dan gue pikir, itu juga gag muluk-muluk.


VIVA TIMNAS INDONESIA

Minggu, 09 Januari 2011

Anggota DPR yang Merakyat (Masih ada ternyata)

Jamaah shalat subuh baru saja bubar. Sinar matahari pagi belum terbit. Tb Sumandjaja telah keluar asal rumahnya di kampung Salabenda, Bogor, Jawa Barat.
Dia menyetop angkutan kota (angkot) yang melintas di depan rumahnya. Kendaraan tersebut nanti membawanya ke stasiun Cilebut. Melalui stasiun, politikus Partai Keadilan Sejahtera ini naik KRL ekonomi jurusan Bogor-Kota. Ia turun di stasiun Cawang Atas serta cukup membayar tiket Rp 2 ribu.
Tiba di Cawang di lanjutkan menumpang bus agar tiba ke gedung DPR. “Jikalau tak terdapat bus umum, saya kerap numpang bus Kementerian Kehutanan,” ucap anggota komisi II DPR ini.
Sumandjaja memang diniatkan memilih nebeng bus Kementerian Kehutanan ini lantaran lewat di depan gedung DPR.
Pukul 07.00 WIB, Sumandjaja telah sampai di DPR menyusul rapat internal Fraksi PKS. “Itu rutinitas saya sementara menjabat sebagai anggota DPR,” kata wakil ketua Pansus RUU Keprotokal ini.
Tetapi sekarang ini DPR sedang reses. Buat sementara, Sumandjaja tidak harus keluar rumah pada pagi buta guna mengejar kereta supaya tidak terlambat hingga di DPR.
Sumandjaja mengaku lebih senang menggunakan angkutan umum ketimbang menggunakan kendaraan priadi untuk ngantor ke Senayan.
Dengan menumpang kendaraan umum, dia bisa berinteraksi dengan anggota masyarakat.
Selain itu, biaya lebih irit dibandingkan membawa kendaraan pribadi. Ia pun tak perlu capek-capek nyetir.
Hanya bila ada keperluan mendesak saja Sumandjaja menggunakan kendaraan pribadi untuk sampai ke DPR. Sumandjaja memiliki dua kendaraan yakni Toyota Rush dan Suzuki APV.
“Mobil APV itu belum tuntas kredit hingga sekarang,” kata ketua Fraksi PKS di MPR ini. Sementara Toyota Rush dibeli secara tunai setelah dia menjual kendaraan terdahulu, Suzuki Katana.
Ketua Kelompok IV Tim Sosialisasi MPR ini punya pengalaman tak mengenakkan naik kendaran umum. Telepon genggam tertinggal di angkot saat berkunjung ke suatu daerah di kabupaten bogor
Telepon genggam yang hilang merek nexian dan nokia model lama, “hilangnya minggu kemarin,” kata Ketua Komisi Konstitusi dan Legislasi MPP PKS ini.
Tersadar dua telepon genggamnya tertinggal di angkot, Sumandjaja mengejar dengan menumpang ojek. Naas, angkot tersebut tidak berhasil ditemukan.
Kehilangan telepon genggam tentu menyulitkan Sumandjaja untuk berkomunikasi agar tetap bisa halo-haloan, ia meminjam handphone anaknya.
“Mudah-mudahan minggu depan sudah bisa membeli baru lagi dan handphone anaknya bisa dikembalikan lagi,” kata Sumandjaja. Pengalaman tak mengenakkan lainnya yakni digeledah oleh Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR.
Ceritanya, Sumandjaja yang masih dalam kondisi mengantuk turun dari bus di depan gerbang DPR. Malam sebelumnya dia bergadang karena harus menyelesaikan tugas-tugas rumah.
Begitu melewati gerbang, petugas Pamdal menghampirinya. Sumandjaja ditanyai macam-macam. Karena datang jalan kaki, dia dikira tamu.
Tak hanya itu, petugas itu menggeledahnya. Sumandjaja diminta memperlihatkan semua isi tasnya. Karena tak menemukan barang-barang yang mencurigai, Sumandjaja diminta memperlihatkan identitas.
“Langsung saya kasih ID Card anggota DPR saya. Setelah tahu mereka bahwa saya anggota DPR akhirnya meminta maaf,” kenangnya waktu itu.
Sumandjaja berharap petugas Pamdal tidak seenaknya menggeledah tas orang yang akan masuk ke dalam gedung DPR sebelum lebih dahulu menanyakan identitasnya.
“Kalau asal geledah kemudian ternyata tahu bahwa yang digeledah anggota DPR kan mereka malu sendiri,” kata anggota DPR dua periode ini.
Sumandjaja adalah anggota DPR periode 1999-2004 dan periode 2009-2014. Sedangkan periode 2004-2009 dirinya ditunjuk oleh parai untuk menjadi tenaga ahli di DPR.
Aktivitas DPR yang padat kerap membuat Sumandjaja tak punya cukup waku untuk pulang kerumahnya di bogor.
Ia sering menginap di ruangan kerjanya di ruangan 305 Gedung Nusantara I bila pekerjaannya sedang menumpuk sementara besoknya ada siding pagi hari.
Sebelum tidur, sambung Sumandjaja, dirinya terlebih dahulu malapor ke Pamdal agar tak terjadi kesalahpahaman seperti kejadian penggeledahan di gerbang DPR
Dimana tidur? Sumandjaja mengatakan dia tidur sekenanya saja. Kadang di sofa, kadang dilantai ruangan kerjanya yang dilapisi karet. Tentu saja tanpa bantal dan guling. “ saya langsung tidur miring di karpet saja dan tidur pulas sampai pagi,” katanya.
Beberapa kali tidur diruang rapat Fraksi PKS di lantai yang sama. Ia memilih tidur disitu karena ruangganya lebih lebar.untuk alas tidur, Sumandjaja memanfaatkan karton bekas yang banyak menumpuk di ruangan tersebut.
Biasanya, bila menginap dia kantor Sumandjaja ditemani asisten pribadi dan office boy yang memang sehari-hari tidur di situ, “Tapi, saya juga sering tidur sendirian,” katanya.