Total Tayangan Halaman

Rasa dalam Untaian Kata

RESAH

Resah menyimpan amarah.
Galau b'dendang di dada.
Sesak yg hanya t'ungkap dlm detak.
Oh...segala kacau meracau tak jelas.
Hanya menambah getir yg memang laksana petir.
Ingin rebah dan biarkan smua b'kelebat sesukanya.
Jangan ganggu,tolong,biarkan aku.
Merasai dan memaknai hidup tak t'peri.
Lepaskan aku tuk t'bang dngan sayap kecil yang kupunya.
Biarkan ku untai stiap tautan kisah menjadi cerita epik selaksa jaman.
Agar ketika ku benar2 t'tidur,hanya mataku yang menutup.
Jadi tak perlu ada sedih.
Tak perlu gulana.
Karena toh jiwaku masih mendekap mata angin.
Yang kan membawaku kembali padamu.

"..Kemana akan pergi ketika pelukmu adalah canduku..??"



MIZZ


Rindu ini tlh melemahkan hati.
Mengeringkanx hingga kerontang.
& stiap langkah yg ku tempuh hanya menambah repihan hati yg luruh ke dasar jiwa.
Setiap waktu yg b'detak hanya ttg bagaimana cara menafikan sdikit perih ini.
Sakit inipun takkan t'gambarkan walau dgn ribuan untaian kata.
Karena toh,tak kan pernah ada yg dapat memaknai segunung rindu ini.
Aku kangen...sangat.


Seharusnya dari Dulu

Sebenarnya aku malas memberitahumu.
Aku enggan untuk menyampaikan padamu.
Betapa sbenarnya rasa ini sudah sangat lama tersimpan.
Sudah berkarat di hati.
Ibarat terumbu karang yang terbenam di dasar lautan yang dalam.
Tak ada yang tahu kecuali sang pemilik lautan itu sendiri.

Namun rasa ini sedemikian besar untuk ku tampung sendiri.
Terlalu besar untuk kubiarkan berkelana dalam sel-sel otakku yang sempit.
Bertamasya dalam hati yang semakin sempit terimpit pun berjelaga tak tersentuh.
Semakin lama, ia semakin besar dan akhirnya memberati kepalaku.
Menyesakkan dada dan menindihi pundakku.

Aku menyesal, wahai. Aku sangat menyesal.
Seharusnya dari dulu ku sampaikan padamu.
Kusampaikan padamu kalau hati ini telah mencinta.
Kalau mimpiku selama ini hanya tentang parasmu.
Betapa hati ini merindumu bertalu-talu.
Betapa setiap desir angin dalam lingkar waktu mengiangkan namamu di kedua telingaku.
Setiap kelopak mataku membuka di pagi hari,
yang terbayang adalah bagaimana cara agar aku dapat melihat senyummu hari ini.
Kalau perlu membuatmu terbahak hingga kudapat mencium wangi nafasmu.
Atau kadang bahkan kuingin melihatmu sedih,
sehingga kau punya cukup alasan untuk bersandar di bahuku.

Pujaku ini takkan pernah habis untukmu, wahai.
Tak kan pernah dapat memiskinkan imagiku tentangmu.
Namun pengingkaran akan selalu hadir memang.
Karena kaupun takkan pernah tau tentang rasa ini.
Tak pernah tau tentang inginku padamu. Tak kan pernah kurasa.
Karena akupun takkan pernah dapat mencapai surga,
hanya untuk menyampaikan betapa besarnya ku mencinta.
Dirimu..........................


Tidak ada komentar: