Tidak terasa, tahun 2010 bakalan teerlewat. Dan kita menyongsong tahun 2011. Lantas? Sebuah pertanyaan yang wajar. Sebenarnya memang tidak ada yang penting menurut gue. Tahun baru ini tak lebih dari tahun baru yang kemarin. Hanya sebuah kegiatan yang sama dari tahun kemarinnya lagi . Malam pergantian tahun yang penuh dengan gelak tawa, kembang api dan petasan. Kalau ada duit lebih, ngajakin pasangan untuk penuhi malam dengan gelak tawa, kembang api dan petasan, tapi yang agak jauhan dan lebih rame. Yang jomblo, malam ini akan menjadi malam yang dipenuhi (again) gelak tawa, kembang api dan petasan. Tapi plus dengan mata jelalatan untuk menambah pengharapan bahwasanya bisa memasuki tahun yang baru dengan status yang baru pula. Dan kesemua hiruk pikuk perayaan pergantian tahun baru itu akan dilanjutkan dengan antiklimaks berupa mengganti kalender\ almanak di pagi hari (itu klau mabuknya dah hilang J). That’s all. Something new ? Tidak kawan. Yang berubah paling model dari terompet yang kita tiup sepanjang malam. Itu sebuah penggambaran sederhana dari Tahun Baru versi gue. Tapi awalnya tahu baru darimana seh ? Ceritanya seperti ini kawan.
Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. (Wikipedia)
Pada mulanya perayaan ini dirayakan oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari.Orang Kristen ikut merayakan Tahun Baru tersebut dan mereka mengadakan puasa khusus serta ekaristi berdasarkan keputusan Konsili Tours pada tahun 567. Pada mulanya setiap negeri mempunyai perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Di Inggris dirayakan pada tanggal 25 Maret. Di Jerman dirayakan pada hari Natal sedangkan di Perancis dirayakan pada Hari paskah.Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut. (Gugling.com)
Sedangkan di beberapa Negara atau kepercayaan, tahun baru juga punya definisi yang berbeda.
- Dalam kalender Bahai, tahun baru jatuh pada tanggal 21 Maret yang disebut Naw Ruz.
- Rosh hasanah adalah perayaan tahun baru bagi umat Yahudi. Hari tersebut jatuh sebelum tanggal 5 September pada kalender Gregorian.
- Tahun baru Tiongkok atau Imlek jatuh pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari hingga awal Februari).
- Tahun baru Thailand dirayakan mulai tanggal 13 April hingga 15 April dengan upacara penyiraman air.
- Tahun baru Vietnam disebut Tết Nguyên Đán, dirayakan pada hari yang sama dengan Imlek.
- Tahun baru Hijriyah (Islam) dalam kalender Hijriyah dirayakan setiap tanggal 1 Muharam.
Itulah beberapa fakta yang bisa gue rangkum untuk saat ini. Dan semua ini tertarik untuk gue kumpulin, karena gue dapat tegoran pribadi dari salah satu saudara gue. Kata dia, “jangan sampai kau merayakan tahun baru ini. Karena itu bukan bagian dari kepercayaan kita”. Gue bagai disengat batere 1.5 volt (jangan kegedean, angus gue ntar). Kata-kata itu menampar halus di hati. Gue akuin, gue bagian dari orang-orang yang di malam tahun baru penuh dengan gelak tawa, kembang api dan petasan (yang puncaknya mengganti kalender di pagi hari). Tapi gue pikir, itu semata-mata hanya untuk ikut berpartisipasi aza. Just weird, kalo tetangga pada nongkrong diluar lagi asik bercanda dan bersosialisasi, sedang gue ngeram di rumah. Whats……., bukan gue banget itu. Pada akhirnya gue pikir, itu emang kembali ke diri kita. Kembali pada niat kita pada saat kita berada di keriuhan. Yang gue pikir, biarlah malam tahun baru ini kita larut tapi tak terserap. Biarlah kita ikut tapi tak terlarut. Dan biarlah ini hanya menjadi malam biasa yang menjadi “agak” sedikit tidak biasa, karena berubahnya tahun dari penanggalan yang notabene memang kita pakai sejak moyang kita. Cukup itu saja, tak usah di lebar-lebarkan, tak usah dibesar-besarkan.
Saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2011 kepada agan-agan yang merayakan.
Salam