Kemarin adalah hari yang berat secara emosional. Asal mulanya karena gue mau dipindahkan bagian n gue nolak. Tapi ujungnya berkembang kemana2. Dan itu termasuk komplainan dari rekan kerja yang merasa gue gag bekerja dengan baik (dan ngomongnya depan bos).
Gue membela diri, karena gue merasa, semenjak terakhir di komplain karena dianggap malas, gue dah berusaha untuk lebih aktif.
Yang menggelikan, kemarin gue di komplain, gara2nya, kalo disuruh (catat : disuruh, secara gitu, bos asli aza kl nyuruh pake kata "tolong") katanya muka gue gag enak. Gagagagagagagag.....emang muka gue dah gini kkkoooolllleeeeee. Hhhhuuuffffttthhh, serba salah jadinya. Berusaha berpikir positip, tapi tetap aza yang berkeliaran di kepala hanyalah, ..."oh...mereka iri pada penghasilan gue, dan berusaha menjatuhkan gue depan bos" . Berusaha berpikir dewasa, tapi nyadar belum bisa-bisa juga. Dan hari ini, dengan hati yang tinggal setengah, masuk kantor. Langsung nyalain komputer, dan berusaha nyari kesibukan di dunia maya.
N U know guys, gue ngeliat catatan salah satu dari my best mpok di wallnya. Teh ade menceritakan tentang kisah sepotong kue, yang gue rasa, ngena banget buat permasalahan gue. Ceritanya seperti ini :
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tersebut. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara. Lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yang berada diantara mereka.Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si pencuri kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itu sempat berpikir: “kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!”.
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa diwajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir: “Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”.
Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela nafas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih”.
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, ia menahan nafas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya!!!
Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih. Dan dialah pencuri kue itu!
Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
Orang lainlah yang slalu salah
Orang lainlah yang patut disingkirkan
Orang lainlah yang tak tahu diri
Orang lainlah yang berdosa
Orang lainlah yang slalu bikin masalah
Orang lanlah yang pantas diberi pelajaran
Padahal
Kita sendiri yang mencuri kue tadi
Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih
Kita sering, mempengaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain.
Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa diwajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir: “Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”.
Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela nafas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih”.
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, ia menahan nafas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya!!!
Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih. Dan dialah pencuri kue itu!
Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
Orang lainlah yang slalu salah
Orang lainlah yang patut disingkirkan
Orang lainlah yang tak tahu diri
Orang lainlah yang berdosa
Orang lainlah yang slalu bikin masalah
Orang lanlah yang pantas diberi pelajaran
Padahal
Kita sendiri yang mencuri kue tadi
Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih
Kita sering, mempengaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain.
Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.
Yups, inti yang gue tangkep, berusahalah melihat sesuatu dari 2 sisi, kalau perlu dari 258 sisi kalau bisa. Dan itu berusaha gue lakuin wat menyikapi apa yang berkembang di tempatgue kerja sekarang. Mungkin harus sedikit lebih berusaha untuk .... untuk apa ya ???
Biarlah semua berjalan seperti ini kl bgitu. Setiap orang punya kelemahan dan kekurangannya masing-masing. Namun ketika kekurangan di umbar depan atasan dan berlagak seolah-olah diri kita yang paling benar ?? Maka biarlah waktu yang menjawab, toh, bangkai disimpan rapat kaya gimana juga bakalan kecium kok. :D
Salam